LasserNewsToday, Addis Ababa/Nairobi (Ethiopia) |
Militer Ethiopia akan memulai ‘fase terakhir’ dari serangan di wilayah Utara pemberontak Tigray. Demikian disampaikan oleh Perdana Menteri (PM) Ethiopia, Abiy Ahmed pada Kamis (26/11/2020), beberapa jam setelah ultimatum bagi pasukan Tigray untuk menyerah berakhir.
Pemerintah memberi waktu 72 jam pada Minggu (22/11/2020) kepada Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) untuk meletakkan senjata mereka atau menghadapi serangan di Mekelle, ibu kota daerah yang berpenduduk 500.000 orang itu.
Kelompok hak asasi juga telah menyuarakan keprihatinan bagi warga sipil yang terperangkap dalam operasi militer di mana ribuan orang diyakini telah tewas sejak pertempuran dimulai pada 4 November 2020 lalu.
Sementara itu, Reuters tidak dapat segera menghubungi TPLF untuk dimintai komentar. Klaim oleh semua pihak tidak mungkin diverifikasi karena sambungan telepon dan internet ke wilayah tersebut terputus dan akses ke wilayah tersebut dikontrol dengan ketat.
“Jangka waktu 72 jam yang diberikan kepada klik kriminal TPLF untuk menyerah secara damai sekarang telah berakhir dan kampanye penegakan hukum kami telah mencapai tahap akhir.” Cuit Abiy, seraya menambahkan bahwa warga sipil akan diselamatkan dan ribuan telah menyerah. TPLF membantah para pejuangnya menyerah.
Informasi dari kantor Abiy menyebutkan bahwa pihak berwenang telah mendistribusikan bantuan di daerah-daerah di bawah kendali Pemerintah Federal di wilayah Tigray. Sementara itu, empat kamp untuk pengungsi sedang didirikan.
Sebuah pernyataan menambahkan: “Bantuan kemanusiaan ini sekarang akan diperkuat lebih jauh dengan dibukanya jalur akses kemanusiaan untuk dikelola di bawah naungan Kementerian Perdamaian.”
Hampir 34.000 pengungsi Ethiopia telah melarikan diri dari perbatasan ke Sudan meskipun arusnya telah menurun dari ribuan per hari menjadi beberapa ratus dalam beberapa hari terakhir. Demikian menurut data dari Badan Pengungsi PBB yang dianalisis oleh Reuters.
Selain itu, secara terpisah, dua sumber kemanusiaan mengatakan kepada Reuters bahwa pengungsi Ethiopia yang tiba di Sudan telah mengatakan kepada pekerja bantuan bahwa warga Ethiopia lainnya yang melarikan diri dari pertempuran telah dicegah untuk menyeberang.
Kata salah satu sumber, “Belum jelas siapa di Ethiopia yang menghalangi para pengungsi untuk menyerang.
“Sejauh yang kami tahu, perbatasan tetap terbuka.” Kata koordinator kemanusiaan PBB di Ethiopia, Catherine Sozi kepada Reuters.
Selanjutnya Abiy mengatakan bahwa pengungsi dipersilahkan untuk kembali.
Seorang pekerja bantuan di titik perlintasan perbatasan Hamdayet, di Sudan mengatakan mereka menyaksikan tentara Ethiopia pada berteriak kepada pengungsi bahwa sudah aman untuk kembali ke rumah.
Hadiah Nobel
Abiy yang memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian tahun lalu karena mengakhiri perselisihan jangka panjang dengan Eritrea menyerukan kepada orang-orang Mekelle untuk melucuti senjata, tinggal di rumah dan menjauh dari sasaran militer.
“Pasukan Pertahanan Nasional kami telah dengan berhati-hati menyusun strategi untuk membawa klik kriminal TPLF ke pengadilan tanpa merugikan warga sipil yang tidak bersalah, situs warisan, tempat ibadah, lembaga pembangunan dan properti.” Tambahnya.
Sumber diplomatik mengatakan, “TPLF telah memobilisasi banyak orang di Mekelle. Mereka menggali parit dan setiap orang memiliki AK47.”
Pasukan Tigrayan memiliki persediaan besar perangkat keras militer dan jumlahnya mencapai 250.000 orang. Demikian kata para ahli.
Utusan perdamaian Afrika yang dikirim Ethiopia diperkirakan akan bertemu dengan Abiy pada hari Jumat. Demikian sumber diplomatik.
Konflik membuat Pemerintah Federal Ethiopia melawan TPLF yang mendominasi negara itu sampai Abiy mengambil alih kekuasaan dua tahun lalu.
Abiy menuduh para pemimpin Tigrayan memulai permusuhan dengan menyerang pasukan federal. Pemberontak mengatakan pemerintahnya telah meminggirkan Tigrayans yang merupakan sekitar 6 persen dari populasi Ethiopia.
Ribuan orang diperkirakan telah tewas dan telah terjadi kerusakan luas akibat pemboman udara dan pertempuran darat sejak perang dimulai. Roket TPLF telah menghantam ibu kota tetangganya, Eritrea.
Daniel Bekele, Kepala Komisi Hak Asasi Manusia Ethiopia yang ditunjuk negara mengatakan, “Sangat berhati-hati untuk menghindari bahaya sipil bahkan lebih penting, sekarang, pada tahap konflik ini.”
Pada hari Rabu (25/11/2020), ‘Human Rights Watch’ mengatakan, “Kedua pihak harus menghindari bahaya bagi warga sipil. Peringatan pemerintah tidak membebaskannya dari kewajiban untuk melindungi warga sipil saat melakukan operasi militer di Mekelle.” Katanya.
Sumber: Reuters:
Reporter: Addis Ababa Newsroom, Cs
Penulis: Katharine Houreld, Cs
Editor: Tom Hogue
Alih bahasa: Marolop Nainggolan-LNT
(LNT-Lnsr/ed. MN-ed)
Discussion about this post