LasserNewsToday, Addis Ababa/Nairobi (Ethiopia) |
Utusan Uni Afrika menuju Ethiopia pada Rabu (25/11/2020) beberapa jam sebelum ultimatum Pemerintah berakhir bagi Pasukan Utara untuk menyerah dalam perang tiga minggu yang telah mengguncang wilayah tersebut dan menewaskan ribuan pejuang Tigrayan. Demikian dilaporkan.
Pemerintah Perdana Menteri, Abiy Ahmed telah menetapkan batas waktu 72 jam bagi Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) untuk meletakkan senjata atau menghadapi serangan ibu kota dataran tinggi mereka, Mekelle, yang telah menampung setengah juta orang. Batas waktu akan habis pada Rabu malam.
Perang tersebut telah menelan korban tewas dalam jumlah besar dan telah mengakibatkan terjadinya kerusakan luas dalam pemboman udara dan pertempuran darat sejak perang dimulai pada 4 November 2020 lalu. Sekitar 42.000 pengungsi telah melarikan diri dari perbatasan ke Sudan dan roket TPLF telah menghantam negara tetangga Eritrea.
Kantor berita AMMA yang dijalankan oleh pihak berwenang di wilayah Amhara yang mendukung Abiy mengatakan bahwa lebih dari 10.000 pasukan junta Tigrayan telah diluncurkan, lebih dari 15.000 senjata kecil dan senjata berat disita dalam pertempuran dari Dansha hingga Adwa.
Tidak ada tanggapan segera dari TPLF, partai politik dominan Tigray yang menjadi ujung tombak pertempuran. Ia juga telah berbicara tentang pembunuhan sejumlah besar musuhnya selama aliran klaim yang sering kali saling kontradiktif oleh kedua belah pihak.
Hubungan telepon dan internet ke Tigray sebagian besar terputus dan akses ke daerah itu dikontrol dengan ketat. Reuter tidak dapat memverifikasi laporan AMMA atau pernyataan lain dari semua sisi.
Jalur Bahan Bakar
Di darat, antrean panjang mobil terbentuk di stasiun bahan bakar di Mekelle – menurut gambar Satelit 23 November yang diberikan kepada Reuters oleh Maxar Technologies. Bahan bakar telah dijatah sejak konflik dimulai.
Tiga orang utusan Uni Afrika (AU) – mantan Presiden, Joaquim Chissano dari Mozambik, Ellen Johnson Sirleaf dari Liberia, dan Kgalema Motlanthe dari Afrika Selatan – dijadwalkan memasuki ibu kota Ethiopia, Addis Ababa pada Rabu. Demikian kata sumber-sumber diplomatik.
Abiy, orang yang memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian tahun lalu karena berhasil mengakhiri kebuntuan dua dekade Eritrea mengatakan dia akan menerima mereka tetapi tidak akan berbicara dengan Ketua TPLF sampai mereka dikalahkan atau menyerah.
Negara-negara Eropa membahas konflik tersebut pada pertemuan tertutup Dewan Keamanan PBB pada Selasa (24/11/2020). Demikian dikatakan oleh sumber-sumber diplomat. Sementara itu, calon Presiden terpilih Amerika Serikat, Joe Biden sebagai penasihat keamanan nasional, dan Jake Sullivan mendesak dialog.
“Saya sangat prihatin tentang risiko kekerasan terhadap warga sipil, termasuk potensi kejahatan perang dalam pertempuran di sekitar Mekelle di Ethiopia.” Demikian tweetnya.
Konflik tersebut juga mengguncang wilayah Afrika Timur yang lebih luas.
Pasukan Tigrayan telah menembakkan roket ke bandara ibu kota Eritrea Asmara, sementara tentara Ethiopia telah ditarik dari misi penjagaan perdamaian di Somaolia dan Sudan Selatan.
Di Somalia, Ethiopia telah melucuti beratus-ratus Tigrayan di pasukan penjaga perdamaian AU yang memerangi militan yang terkait dengan Al Qaeda. Tiga tentara etnis Tigrayan juga dipulangkan dari pasukan penjaga perdamaian PBB di Sudan Selatan. Demikian lagi disampaikan oleh dua sumber diplomatik dan keamanan kepada Reuters.
Diskriminasi Etnis
Misi PBB di Sudan Selatan mengatakan pihaknya mengetahui pemulangan tiga tentara itu. Meskipun Ethiopia pada akhirnya bertanggung jawab atas perilaku dan pergerakan 2.000 tentaranya di Sudan Selatan, pernyataan itu mengatakan bahwa diskriminasi karena etnis dapat melanggar hukum internasional.
“Dalam hal ini, UNMISS (Misi PBB di Sudan Selatan) telah meminta akses ke setiap tentara yang mungkin membutuhkan perlindungan di bawah hukum internasional.”
Billene Seyoum, juru bicara Kantor Perdana Menteri Ethiopia mengatakan kepada Reuters bahwa situasi di Sudan Selatan akan sama dengan Somalia yang berarti tentara yang dipulangkan dicurigai memiliki hubungan TPLF.
Selasa lalu, pengawas Hak Asasi Manusia yang ditunjuk negara Ethiopia menuduh kelompok pemuda Tigrayan membunuh sekitar 600 warga sipil dari kelompok etnis lain dalam serangan 9 November di kota Mai Kadra. TPLF menyangkal tuduhan kolusi, dan menuduh Abiy menganiaya Tigrayans dalam mengejar kekuasaan pribadi.
Gambar satelit juga menunjukkan pasukan Ethiopia di kota kuno Tigrayan, Axum, dan parit digali di sepanjang landasan pacu bandara setempat.
Sejarah dan reruntuhan Axum, termasuk obelisk abad ke empat yang didirikan ketika Kekaisaran Axumite berada di puncaknya, membuat Ethiopia mengklaim sebagai salah satu pusat agama Kristen tertua di dunia. Legenda mengatakan itu adalah rumah bagi Ratu Sheba dan orang Ethiopia percaya bahwa gereja menampung Tabut Perjanjian. Ethiopia menggambarkan pertempuran Tigray sebagai masalah penegakan hukum internal.
“Karena Pemerintah Ethiopia telah menggambarkan ini sebagai situasi domestik dan kriminal, mereka menghindari jenis upaya diplomasi dan mediasi internasional yang biasanya menjadi bagian dari diri mereka sendiri dan menawarkan kepada negara-negara kawasan.” Kata Grant Harris, mantan Direktur Senior untuk Urusan Afrika di Dewan Keamanan Nasional di Pemerintahan AS Barrack Obama.
Sumber: Reuters.com
Reporter: Addis Ababa Newsroom, Cs
Penulis: Andrew Cawthorne
Editor: Katharine Houreld Robert Birsel, Cs.
Alih bahasa: Marolop Nainggolan-LNT
(LNT-Lnsr/ed. MN-Red)
Discussion about this post