LasserNewsToday, Jakarta |
Tiap tanggal 28 Mei, dunia merayakan ‘World Play Day’ atau ‘Hari Bermain Sedunia’. Ini menjadi perayaan hak anak-anak untuk bermain.
Dikutip dari laman Toy Libraries, The International Day Librari Association (ITLA) secara resmi menyetujui perayaan Hari Bermain Sedunia pada Konferensi ITLA ke-8 di Tokyo pada 1999. Setahun kemudian, dinisiasi perayaan Hari Bermain Sedunia di Prancis dan Korea.
Tahun ini, Hari Bermain Sedunia mengambil tema “Bermain itu Sehat”. Bermain mampu meningkatkan kesehatan baik secara fisik, mental dan sosial. Manfaat kesehatan ini tidak hanya dirasakan anak, tetapi juga orang dewasa dan lansia.
Sekilas aktivitas bermain terlihat sepele. Anak kejar-kejaran, memukul botol bekas seolah alat musik, hingga melompat di antara sandal di teras rumah, semua tampak remeh bahkan kerap dianggap berisik dan mengganggu. Padahal menurut psikolog anak dan remaja, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, bermain itu sangat penting buat anak.
“Bermain itu kebutuhan dasar anak. Seperti makan, kalau itu enggak ada, misal enggak makan, itu mengganggu fungsi normal tubuh.” Ujar Vera saat gelaran virtual Paddle Pop #ManYuk, Jumat (28/05/2021).
Sebenarnya aktivitas seperti apa yang bisa disebut bermain?
Orang tua kerap terbatas bahwa bermain selalu melibatkan gim, tumpukan kartu, permainan, atau permainan lain yang memerlukan alat. Vera menjelaskan sejatinya bermain merupakan aktivitas yang didominasi emosi positif, dan menyenangkan. Bermain pun memiliki unsur kebebasan termasuk bebas menciptakan aturan atau berdasarkan kesepakatan bersama.
Dia menambahkan, perasaan senang akan membuat anak mudah memahami sesuatu, mudah belajar sebab sistem otak dirangsang sehingga lebih atentif. Tidak hanya itu, bermain pun bisa mengembangkan kemampuan sosial (social skill).
Sementara itu di masa pandemi, Vera mengakui ada kekhawatiran orang tua bahwa anak akan candu terhadap gawai. Kini segala sesuau melibatkan gawai.
Orang tua pun mengandalkan gawai untuk bermain aktivitas sehingga anak mau tidak mau melihat dan meniru orang tua. Justru orang tua sebaiknya mengekplorasi muatan-muatan positif dan bisa diberikan ke anak semisal memilihkan tontonan edukatif.
Artinya, orang tua harus kreatif juga. Di sini perlu melihat bahwa bermain itu semata-mata hanya untuk anak. Bermain pun memiliki manfaat buat orang tua. Bermain mampu jadi sarana orang tua melepaskan stres. Aktivitas seperti ini memungkinkan interaksi, kedekatan fisik, perasaan senang anak yang kemudian membuat orang tua turut senang.
“Buan anak, bermain itu ketegangan, bisa berekspresi dalam ruang yang aman. Saat kita terlibat, kita bisa melepas stres bareng.” Imbuhnya. [Sumber: CNN Indonesia.com/els/agn].
(MN-Lnsr/ed. MN-Red)
Discussion about this post