LasserNewsToday, Singapura |
Kemajuan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara – Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) – di Myanmar belum seefektif yang diharapkan. Demikian diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Singapura, Vivian Balakrishnan, dalam sebuah wawancara dengan Reuters.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan banyak negara telah mendesak ASEAN yang 10 anggotanya termasuk Myanmar, untuk memulihkan stabilitas melalui diplomasi.
“(ASEAN) tidak seefektif atau secepat yang kami harapkan, tapi ini adalah situasi yang sulit.” Kata Vivian Balakrishnan kepada Reuters.
Pada April 2021 lalu, ASEAN mengumumkan konsensus lima poin yang bertujuan untuk menyelesaikan krisis. Sebagai bagian dari upaya tersebut, blok tersebut menunjuk Menlu kedua Brunei sebagai utusan khusus untuk Myanmar pada awal Agustus 2021.
Balakrishnan mengatakan bahwa dia berharap akan ada kemajuan untuk melaporkan kunjungan utusan itu sebelum Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) para pemimpin ASEAN pada bulan November. Namun dia mengingatkan bahwa militer harus memberi utusan itu akses kepada semua pemangku kepentingan agar kunjungan itu bermakna.
“Uji lakmus utama sekarang adalah bagaimana mereka terlibat dengan utusan khusus kami.” Kata Balakrishnan.
Korban tewas akibat kudeta 1 Februari 2021 di Myanmar mencapai 1.000 orang minggu ini, demikian menurut kelompok aktivis Assistance Association of Political Prisoners (AAPP), yang telah merekam pembunuhan oleh pasukan keamanan.
Ekonomi Myanmar juga telah runtuh (collapsed) dan krisis kemanusiaan memburuk dalam sebulan terakhir ketika infeksi virus Corona melonjak, membanjiri sistem kesehatan.
Balakrishnan menyebut situasinya ‘mengerikan’ dan mengatakan ASEAN berusaha konstruktif, memfasilitasi dialog dan memberikan bantuan kemanusiaan.
“Kami telah mempertahankan jalur komunikasi.” Kata Balakrishnan ketika ditanya apakah ASEAN atau Singapura telah terlibat dengan pemerintah bayangan Persatuan Nasional. “Kami tidak berusaha mempersulit, dan kami tidak bermain-main. Tapi (otoritas militer) tahu kami akan melibatkan semua orang.”
Singapura memang kecil tetapi memiliki pengaruh ekonomi dan politik yang kuat di Asia Tenggara. Beberapa kelompok hak asasi mengatakan Singapura memiliki pengaruh di Myanmar berkat hubungan dekatnya dengan negara itu sebagai salah satu investor terbesarnya.
Negara kota itu memiliki investasi kumulatif senilai $24,1 miliar yang disetujui di sana pada 2020. Demikian menurut data resmi Myanmar sejak 1988. Hal ini menjadikannya sebagai sumber modal asing terbesar di sana, di depan China.
Namun, Balakrishnan mengatakan, “Yang disebut leverage Singapura terlalu tinggi, karena totalnya juga termasuk perusahaan multinasional yang telah berinvestasi di Myanmar.”
Dia juga mengatakan bahwa sanksi ekonomi akan diberikan kepada orang biasa tetapi memiliki efek terbatas pada otoritas militer, yang dapat menahan isolasi dengan lebih baik.
Sejauh ini, belum ada diskusi di ASEAN tentang pengusiran atau penangguhan Myanmar, kata Menlu Singapura, seraya menambahkan bahwa blok tersebut ingin konstruktif tetapi tidak ingin ikut campur dalam politik luar negeri.
Vivian Balakrishnan berbicara kepada Reuters dua hari sebelum perjalanan Wakil Presiden Amerika Serikat (AS), Kamala Haris ke Vietnam dan Singapura. Perjalanan itu diatur untuk menunjukkan bahwa pemerintahan Biden (Presiden AS) berkomitmen untuk ‘Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka’ dan bahwa AS berada di kawasan itu ‘untuk tetap tinggal’. Demikian menurut seorang pejabat senior pemerintah.
“Kami berharap dapat membuat kemajuan dalam kerja sama, pemulihan pandemi, ekonomi digital, ekonomi hijau, dan keamanan siber.” Kata Balakrishnan. “Ini bukan hanya diplomasi perasaan yang baik, ada pekerjaan substantif yang harus dilakukan.” Katanya.
[Sumber: Aradhana Aravindan; Editor: Gerry Doyle; Penerjemah: Marolop Nainggolan-LNT]
(MN-Lnsr/ed. MN-Red)
Discussion about this post