LasserNewsToday, Lisbon (Portugal) |
Parlemen Portugal pada hari Jumat (29/01/2021) sepakan dengan suara terbanyak untuk melegalkan eutanasia. Negera tersebut tersebut ditetapkan menjadi yang ketujuh di dunia yang mengizinkan pasien yang sakit parah untuk mencari bantuan dokter untuk mengakhiri hidup mereka.
Orang yang berusaia di atas 18 tahun akan diizinkan untuk meminta bantuan dalam sekarat jika mereka sakit parah dan menderita sakit yang ‘bertahan lama’ dan ‘tak tertahankan’ – kecuali mereka dianggap tidak sehat secara mental untuk membuat keputusan semacan itu.
Proses hanya akan terbuka untuk warga negara dan penduduk resmi untuk mencegah orang bepergian ke Portugal untuk mendapatkan bantuan medis untuk mengakhiri hidup mereka.
Undang-undang tersebut sekarang berada di tangan Presiden Marcelo Rebelo de Sousa, seorang konservatif, untuk cap persetujuan akhir. Dia sebelumnya mengatakan akan menghormati suara parlemen.
Beberapa orang mengkritik waktu pemungutan suara, dengan partai oposisi PSD mengatakan karena pandemi virus Corona yang melanda di seluruh Portugal ada ‘kecemasan besar, ketakutan besar di antara orang-orang yang berkaitan dengan masalah hidup dan mati’.
Dalam sebuah surat kepada parlemen, dua kelompok yang mengelola mayoritas panti jompo Portugal, yang terkena dampak pandemi, mengatakan, “Persetujuan untuk eutanasia menunjukkan rasa tidak hormat untuk semua orang ini.”
Tetapi pemimpin parlemen dari Partai People-Animals-Nature, Ines Real, mengatakan, “Tidak jujur menyebut momen yang sangat sulit di negara ini… untuk mengacaukan kematian terkait Covid-19 dengan proses legislatif yang bertujuan untuk memungkinkan eutanasia kepada mereka yang menderita.”
Portugal, negara mayoritas Katolik yang menghabiskan sebagian besar abad ke-20 hingga revolusi Anyelir 1974 yang diperintah oleh rezim fasis, telah membuat kemajuan dalam remormasi liberal yang menegakkan hak asasi manusia. Ini melegalkan aborsi pada 2007 dan mengizinkan pernikahan sesama jenis pada 2010.
[Sumber: Reuters: Reporter: Catarina Demony, Sergio Concalves: Editor: Ingrid Malendar dan Angus MacSwan; Alih bahasa: Marolop Nainggolan-LNT].
(LNT-Lnsr/ed. MN-Red)
Discussion about this post