LasserNewsToday, Ettadamon (Tunisia) |
Ratusan pemuda bentrok dengan polisi di kota-kota di seluruh Tunisia pada Senin (18/01/2021) malam. Mereka melempar batu dan bom bensin di Ibu kota saat pasukan keamanan menggunakan gas air mata, dan meriam air untuk mencoba memadamkan kerusuhan.
Sekitar 300 pemuda bentrok dengan polisi di distrik ibu kota Ettadamon, demikian dilaporkan wartawan Reuters di sana, sementara penduduk Kassarine, Gafsa, Sousse, dan Monastir menggambarkan bagaimana kekerasan jalanan terlah terjadi di kota-kota itu.
Kerusuhan dan protes tersebut terjadi beberapa hari setelah peringatan 10 tahun Revolusi yang membawa demokrasi, tetapi hanya sedikit keuntungan materi yang dapat diperoleh bagi sebagian besar warga Tunisia. Kemarahan itu tumbuh sebagai akibat pengangguran kronis dan layanan negara yang buruk.
Namun, tanpa agenda yang jelas, kepemimpinan politik atau dukungan dari partai-partai besar, tidak jelas apakah demonstrasi akan mendapatkan momentum atau mereda, seperti di banyak putaran protes sebelumnya yang pernah terjadi sejak 2011.
Kerumunan di Ettadamon pada Senin (18/01/2021) tidak meneriakkan slogan selama bentrokan mereka dengan polisi yang mengenakan pelindung tubuh dan membawa tongkat. Pasukan keamanan berpatroli di daerah itu dengan kendaraan bergaya militer.
Amnesty Internasional (AI) yang berbasis di London menyerukan pengekangan. AI mengutip rekaman yang menunjukkan bahwa petugas memukuli dan menyeret orang-orang yang telah mereka tangkap dan juga mengatakan bahwa pihak berwewenang harus segera membebaskan Hamza Nassri Jeridi seorang aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) yang ditangkap pada Senin (18/01/2021) lalu.
Satu dekade setelah melepas belenggu pemerintahan otokratis, Tunisia sedang menuju krisis ekonomi, bahkan sebelum pandemi virus Corona global melanda tahun lalu, industri pariwisata dan lockdown bisnis lain telah hancur.
Seorang juru bicara Kementerian Dalam Negeri mengatakan pada Senin (18/01/2021) bahwa polisi telah menahan 632 orang hanya pada hari Minggu (17/01/2021) saja, setelah apa yang disebut kerusuhan di seluruh negeri yang termasuk penjarahan dan serangan terhadap properti. Sebagian besar tahanan berusia 15 – 20 tahun. Demikian kata juru bicara tersebut.
Di pusat Bourguiba Avenue Tunis, Bulevar dengan deretan pepohonan yang diapit oleh kantor-kantor Pemerintah, dan gedung-gedung era colonial tempat protes terbesar tahun 2011 berlangsung, para demonstran mengatakan bahwa mereka ingin orang-orang yang ditangkap dalam beberapa hari ini dibebaskan.
“Mereka menyebut setiap orang yang memprotes system sebagai pencuri. Kami datang dengan wajah terbuka pada siang hari, dan bukan pada malam hari untuk mengatakan kami menginginkan pekerjaan. Kami menginginkan martabat!” Kata Sonia, pengangguran yang tidak mau nama keluarganya disebutkan. Dia dengan para demonstran meneriakkan “Jangan takut! Jangan takut! Jalan itu milik rakyat!”
Di rumahnya, di distrik Mnihla, Tunisia, Presiden Kais Saied berpidato di depan kerumunan puluhan orang yang menegaskan hal mereka atas ‘pekerjaan’, ‘kebebasan’, dan ‘martabat”. Dia mempereingatkan bahwa beberapa kekuatan politik berusaha memanipulasi para pengunjuk rasa unuk ‘menabur kekacauan’.
[Sumber: Reuters; Reporter: Tarek Amara; Penulis: Angus Mcdoall; Editor; Mark Heinrich dan Jonathan Oatis; Alih bahasa: Marolop Nainggolan-LNT]
(LNT-Lnsr/ed. MN-Red)
Discussion about this post