LasserNewsToday, Ankara (Turki) |
“Turkey Unlimited. Now available without Turks” (Turki tanpa batas. Sekarang tersedia tanpa orang Turki), demikian bunyi iklan pariwisata tiruan di media sosial yang bertujuan untuk mengolok-olok saat melihat turis asing berkeliaran di jalan-jalan sepi, sementara sebagian besar orang-orang Turki ‘dikurung’ di rumah oleh lockdown virus Corona.
Pemerintah telah membebaskan para wisatawan asing dari lockdown selama dua hingga setengah minggu dalam upaya untuk merevitalisasi pariwisata sebagai salah satu sektor penting dalam ekonomi Turki. Mereka yang tiba di Turki harus menunjukkan bukti tes Covid-19 negatif.
Namun di sisi lain, orang Turki di media sosial telah menyuarakan kemarahan kepada turis yang berpesta di pantai Mediterania negara itu, atau penduduk setempat yang ditampar dengan denda karena berada di luar ruangan, sementara pengunjung asing dapat berkeliaran sesuka mereka.
“Ini saat yang tepat bagi para turis sekarang karena orang Turki tidak bisa keluar.” Kata Kadir (34), seorang pemandu wisata saat dia mengawasi pelanggan di luar Istana Topkapi abad ke-15 di Istanbul. Dia menepis rasa frustasi lokal tentang lockdown.
“Inilah yang harus dilakukan. Para turis telah melakukan pembayaran dan reservasi. Pariwisata penting bagi Turki dan roda perekonomian harus terus berputar.” Kata Kadir.
Pendapatan pariwisata turun dua pertiga menjadi $12 milar tahun lalu karena pandemi melanda industri yang biasanya menyumbang hingga 12 persen dari ekonomi. Turki berharap pembatasan pergerakan saat ini akan menyelamatkan musim ini.
Namun, peluang Kadir relatif sedikit, yang mengatakan saat ini hanya 1.000 orang yang mengunjungi istana Ottoman setiap hari, dibandingkan dengan jumlah biasanya sekitar 15.000 orang.
“Pengunjung saat ini sebagaian dari Ukraina, Rusia, dan Amerika Latin, serta warga Pakistan, Inggris dalam perjalanan kembali dari perjalanan ke Pakistan.” Kata Kadir menambahkan.
Di luar Masjid Biru abad ke-17 dekat Lapangan Sultanahmet, turis memiliki perasaan campur aduk tentang liburan ketika Turki berjuang untuk mengekang gelombang Covid-19 yang telah menempatkannya di urutan ke empat secara global dalam jumlah kasus harian.
“Faktanya, turis mengeluarkan uang. Semua tempat ini bergantung pada turis. Jika mereka tidak ada di sini, semuanya akan ditutup.” Kata Faisal Cheema (46), seorang pemilik restoran dari Manchester, Inggris, yang berkunjung selama 10 hari setelah kembali dari kunjungannya ke Pakistan.
“Tapi itu juga tidak baik untuk turis. Dalam situasi Covid-19, Anda harus melarang turis juga. Jika anda me-lockdown, Anda harus melakukan lockdown dengan benar.” Kata Faisal Cheema lagi di sebuah toko suvenir di Sultanahmet.
Di tempat lain, di kota besar yang berpenduduk 15 juta jiwa, yang biasanya ramai, polisi mendirikan pos pemeriksaan di jalan-jalan utama untuk memeriksa apakah mereka yang berpergian dengan kendaraan memiliki izin untuk keluar.
Penduduk lokal (setempat) masih diizinkan untuk melakukan belanja penting di toko grosir lokal dan jutaan orang yang terlibat dalam produksi industri dan sektor utama memiliki izin untuk bekerja, tetapi ribuan orang telah didenda karena melanggar lockdown.
Frustasi pada lockdown (pembatasan) dipicu ketika sebuah video beredar di media sosial minggu ini yang menunjukkan kerumunan besar turis asing berpesta di sebuah hotel di pusat wisata Mediterania di Antalya.
Insiden itu diliput secara luas di media Turki, sehingga mendorong Gubernur Antalya untuk mengeluarkan pernyataan yang mengatakan, “Sertifikat ‘Pariwisata Aman’ hotel telah dibatalkan dan operasinya dihentikan selama pandemi.”
Kementerian Pariwisata meluncurkan skema sertifikat terakhir untuk meyakinkan calon pengunjung ke negera tersebut. [Sumber: Reuters; Daren Butler; Alih bahasa: Marolop Nainggolan-LNT]
(MN-Lnsr/ed. MN-Red)
Discussion about this post