LasserNewsToday, Jakarta |
Gemuk sering dianggap memiliki banyak, pada kenyataannya orang kurus pun berpotensi memiliki kolseterol tinggi.
Manager Medical Underwriter Sequis, dokter (dr) Fridolin Seto Pandu, mengatakan bahwa gemuk atau kurus tidak bisa dijadikan patokan bebas dari kolesterol karena apa yang kerap disebut kolesterol tinggi adalah ketidakseimbangan antara kolesterol ‘baik’ dan kolseterol ‘jahat’.
“Penyakit ini disebut dislipidemia dan lebih banyak disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat.” Ujar dr. Fridolin dalam keterangan resminya pada Rabu (17/03/2021).
Dislipidemia atau kelainan metabolisme lemak ditandai dengan peningkatan atau penurunan jenis lemak dalam plasma darah. Kelainan jenis lemak yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL (Low-Density Lipoprotein), Trgliserida, dan penurunan kadar kolesterol HDL (High-Density Lipoprotein).
Sayangnya, hal ini sering tidak menunjukkan gejala, terlebih bila postur seseorang terlihat kurus dan proporsional sehingga lebih sulit mendeteksi dini seandainya tidak rutin melakukan pemeriksaan.
Adapun LDL, adalah kolseterol yang dapat menumpuk di pembuluh darah sehingga membuat saluran pembuluh darah menyempit. Kondisi ini bisa meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke.
Kadar tinggi LDL dapat diwaspadai dengan memonitor ambang batasnya: normal/optimal <100mg/DL, mendekati optimal 100 – 129 mg/DL, batas tinggi 130 – 159 mg/DL, tinggi 160 – 189 mg/DL, dan sangat tinggi >190 mg/DL. Sedangkan HDL bertugas untuk mengangkut kolesterol dari pembuluh darah atau jaringan lain kembali ke hati. Ambang batasnya: rendah <40 mg/DL, dan tinggi >60 mg/DL.
Trigliserida adalah kadar lemak yang berasal dari sisa pembakaran kalori yang tidak terpakai. Saat makan, tubuh kita menerima kalori dan dipergunakan untuk aktivitas tubuh. Kalori yang tidak dipergunakan akan diubah menjadi Trigliserida dan disimpan dalam sel-sel lemak. Ambang batas tinggi rendahnya: normal <150 mg/DL, batas tinggi 150 – 199 mg/DL, tinggi 200 – 499 mg/DL, sangat tinggi >500 mg/DL.
Sementara Kolesterol Total adalah jumlah keseluruhan kolesterol dalam tubuh. Konsistensinya mirip lemak atau lilin dan bisa ditemukan di semua sel di tubuh dalam jumlah cukup. Berfungsi untuk regenerasi sel, produksi hormon, membentuk vitamin D, dan dalam proses pencernaan. Batas kolesterol normal yang ideal adalah <200 mg/DL, sedang 200 – 239 mg/DL, dan tinggi >240 mg/DL.
“Kadar masing-masing lemak tersebut dapat diketahui melalui pemeriksaan darah di laboratorium. Idealnya diperiksa dan dimonitor sekaligus kondisi kadar tiga lemak tersebut.” Kata dr. Fridolin.
Pemeriksaan kadar kolesterol sebaiknya dilakukan rutin setiap lima tahun sekali. Namun, jika memiliki potensi kolesterol tinggi, sebaiknya melakukan cek setiap enam bulan sampai 1 tahun sekali. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan kadar lemak darah di atas normal, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter agar mendapatkan tips dan pengobatan yang tepat. Bila tidak segera ditangani akan berisiko pada terjadinya berbagai penyakit, terutama penyakit jantung koroner dan stroke.
Mereka yang tergolong berisiko tinggi antara pria berusia lebih dari 45 tahun dan perempuan berusia lebih dari 55 tahun serta mereka yang memiliki riwayat hipertensi, penyakit hati, jantung koroner, stroke, kencing manis/gula (diabetes melitus), obesitas hipotiroid (kekurangan hormon tiroid), gangguan ginjal, kurang aktivitas fisik, dan riwayat keluarga yang pernah mengidap kolesterol, kencing manis, jantung koroner, dan stroke.
Untuk terhindar dari gangguan kolseterol, hindarilah makanan yang mengandung kolesterol tinggi seperti fast food, makanan yang digoreng, daging olahan, seperti sosis, serta chicken nugget, seafood, jeroan, susu full cream, dan makanan-makanan yang bersantan, tidak merokok, dan mengurangi alkohol.
[Sumber: ANTARANEWS.com; Pewarta: Maria Cicilia; Editor: Suryanto]
(LNT-Lnsr/ed. MN-Red)
Discussion about this post