LasserNewsToday, Paluta (Sumut) |
Jika kakek yang lain lebih banyak berzikir dan mendekatkan diri kepada Tuhan, tidak demikian dengan pria tua asal Desa “S” Kecamatan, Padangbolak Kabupaten Padanglawas Utara (Paluta) ini.
“Oknum berinisial PS (65), seorang kakek yang diduga sebagai pelaku cabul yang juga tetangga korban, seharusnya dia menjaga, bukan merusak masa depannya.” Kata Ketua LPA, M. Parlindungan Siregar.
Korban, sebut saja Bunga (14) (bukan nama sebenarnya) kelas dua Madrasah Tsanawiyah merupakan warga Desa lain tetapi masih di Kecamatan Padangbolak.
Peristiwa cabul tersebut sudah menjadi buah bibir di kalangan masyarakat sejak Senin (01/03/2021) di sekitar wilayah Kecamatan Padangbolak hingga salah satu simpatisan Lembaga Perlindungan Anak (tidak mau di sebut namanya) melaporkan kepada Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kabupaten Paluta.
Sesuai dengan laporan masyarakat, LPA dan reporter media melakukan penggalian informasi ke langsung ke Tempat Kejadian Perkara (TKP) di Desa “S”, pada Kamis (04/03/2021) pukul 16.27 WIB.
Saat ditemui, seorang Ustad dan juga sebagai tokoh utama agama di Paluta mengatakan, “Tadi malam, Kamis (03/03/2021), kami telah mengumpulkan kepala desa dan alim ulama, udah diselesaikan secara kekeluargaan (damai).” Kata Ustad MAS.
Di dalam rumah Ustadz tersebut, antara Ketua LPA dan Ustadz tersebut sempat terjadi perdebatan tentang perdamaian itu, karena Ketua LPA Paluta mengungkapkan rasa kecewanya kepada masyarakat dan alim ulamanya karena masih memberikan toleransi kepada pelaku cabul, bahkan sampai keluar kata-kata yang tidak diinginkan.
“Jangan coba-coba bawa nama saya jadi saksi di dalam kasus cabul ini. Biar kau tau, saya adalah Ustadz yang terpandang di kabupaten ini. Kalau kau bawa nanti kau tanggung resikonya apa yang saya berikan. Kok, sibuk kali kau untuk menggiring kasus cabul ini diproses secara hukum. Apa kelian LPA ini mau minta bagian dari uang perdamian itu?” Kata Ustad MAS kepada Ketua LPA Paluta.
Akibat bentakan suara Ustadz MAS para tetangganya berhamburan keluar menyaksikan kenapa seorang Ustad itu marah-marah,
Ketua LPA tidak menggubris perkataan Ustadz tersebut dan langsung mendatangi rumah Sekretaris Desa (Sekdes) yang menjabat sementara menjadi Kepala Desa “S” untuk mempertanyakan (konfirmasi) terkait isu perlakukan cabul yang dilakukan oleh seorang kakek yang telah santer dibicarakan di desa itu, termasuk kronologi dan tindakan damai yang telah dilakukan.
Namun diluar dugaan, Kepdes ABH malah marah-marahjuga seraya mengatakan, “Jangan kau macam-macam! Nggak ada urusan LPA lagi di kasus cabul ini. Kami sudah damaikan tadi malam dan silahkan tinggalkan rumah saya. Sekali lagi, jangan coba cemarkan nama baik desa kami.” Kata ABH Kepada Ketua LPA.
Ketua LPA Kabupaten Paluta, M. Parlindungan merasa kecewa bahwa masyarakat dan aparat desa masih banyak buta tentang hukum, khususnya tentang Undang Undang Perlindungan Anak (UUPA) dan juga cabul yang termasuk sebagai Delik Biasa di dalam penegakan hukum. Boleh dikatakan, rata-rata hampir setiap bulan selalu ada mucul kasus cabul di Kabupaten Paluta, dan LPA Paluta akan tetap koordinasi dengan Ketua LPA Sumatera Utara (Sumut), Muniruddin Ritonga, M.Hum dan Ketua Umum (Ketum) Komisaris Nasional (Komnas) Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait. Demikian disampaikan M. Parlindungan pada Sabtu (06/03/2021).
(MS/ed. MN-Red)
Discussion about this post