LasserNewsToday, Medan (Sumut) |
Ketika awak media ini melihat langsung kondisi Yenni br. Turnip (30), Rabu (06/01/2021), warga Desa Silabah Jaya, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun, yang telah menderita sakit tumor dalam kandungan, timbul rasa miris di hati dan prihatin. Namun melihat semangat hidup yang kuat yang tergambar dari pancaran sinar ceria di rona wajahnya, bersama kata-kata bermakna optimis dalam doa pengharapannya, terlihat pula iman yang teguh kepada Yang Kuasa, menimbulkan rasa salut kepadanya. Seperti dalam ungkapannya bahwa bagi Tuhan tak ada yang mustahil
“Bagi Tuhan tak ada yang tak mungkin, kan, Pak? Tak ada yang mustahil bagi Tuhan.” Ujar Yenni sambil tersenyum memegang perutnya yang sudah membesar selama 4 tahun ini.
Yenni, gadis yang pernah mengajar bahasa Indonesia di SMP dan SMA itu, bersama keluarga mengisahkan riwayat penyakit yang sedang dideritanya saat ini. Ia terpaksa harus berhenti mengajar karena kondisinya yang tampak semakin parah.
Awalnya begitu saja, tidak ada rasa sakit, katanya, tapi perut tetap semakin bertambah besar. Perobatan awal pun dimulai dari Puskesmas di desa tempat dia tinggal, namun seiring waktu berjalan, perut semakin membesar. Tanda-tanda kesembuhan pun tetap saja masih nihil.
Yenni, dulunya sebagai peserta BPJS Mandiri, namun oleh kondisi ekonomi yang memprihatinkan, untuk membayar kewajiban bulanan pun tidak mampu, sehingga karena tertunggak beberapa bulan, Kartu BPJS tidak dapat difungsikan. Lalu oleh pihak Puskesmas, disarankan agar tunggakan diselesaikan, dan kemudian status kepesertaan dari BPJS Mandiri diupayakan dialihkan menjadi peserta/pemegang Kartu KIS. Saran tersebut pun diupayakan oleh pihak keluarga. Namun menunggu proses peralihan status selesai, dari Kartu BPJS Mandiri ke KIS, status Yenni dalam perobatannya adalah sebagai pasien umum.
Selama melakukan perobatan dalam status sebagai pasien umum, Yenni yang berasal dari keluarga tidak mampu (miskin) tersebut harus mengeluarkan banyak uang, karena setiap perobatan biayanya harus dengan uang kontan. Hal ini menambah kondisi semakin sulit dan memprihatinkan bagi keluarga Yenni.
Masih dari keterangan Yenni bersama keluarga, seiring waktu berjalan, upaya perobatan tetap rutin berjalan, namun penyakit Yenni, putri bungsu dari tiga bersaudara itu tak kunjung menunjukkan tanda-tanda kesembuhan. Dana yang dikeluarkan pun sudah banyak, sementara persediaan dana sangat minim. Tapi beriring doa dan upaya keras semampu mereka, perobatan tetap berlangsung, baik ke Puskesmas, maupun ke praktek Dokter Spesialis, bahkan perobatan alternatif pun dilakukan. Namun hasilnya tetap tidak menunjukkan arah kesembuhan.
Walau tanpa rasa sakit, sesuai pengakuan Yenni, perut putri satu-satunya, buah kasih dari pasangan Jalamin Turnip dan Sania Sirait itu tetap juga bertambah besar. Kondisi ini semakin menumbuhkan rasa cemas, khawatir, bahkan takut, baik bagi keluarga, terkhusus bagi Yenni.
Kondisi ekonomi keluarga yang tergolong tidak mampu (miskin), biaya besar sangat dibutuhkan, sumber keuangan hanya mengharap hasil dari lahan pertanian keluarga, ditambah sakit yang diobati tak kunjung sembuh, membuat Yenni dan keluarga tampak lemah, semakin tak berdaya. Doa pengharapan dalam iman teguh kepada Tuhan, hanya itu satu-satunya yang diyakini sebagai pembuka jalan bagi mereka. Tuhan tidak akan membiarkan mereka terpuruk.
Saat ini, dengan bantuan salah satu keluarga dekat (saat mudik Tahun Baru), ketika melihat kondisi Yenni, langsung bertindak membawa Yenni ke Rumah Sakit (RS) Vita Insani di Pematangsiantar. Namun melihat kondisi Yenni, pihak RS Vita Insani merujuk Yenni ke RS. Murni Teguh di Medan.
Di RS. Murni Teguh tindakan medis yang lebih intensif pun dilakukan. Diawali dengan check up darah, dan seterusnya. Dari hasil pemeriksaan awal tersebut, diketahui bahwa Yenni mengidap sakit tumor di dalam kandungan. Setelah sekian lama upaya perobatan dan tindakan medis yang telah dilakukan selama ini, kepastian tentang diagnosa penyakit Yenni baru ini diketahui dan diyakini benar, setelah di RS. Murni teguh. Selama ini berbagai dugaan tentang penyakit Yenni muncul seperti TB(C) Perut, cairan berlebih, dan sebagainya.
Meski suara dokter laksana gelegar guntur dan petir di telinga saat memberitahu hasil check up, meski tangis bergema dan air mata bertaburan membanjiri pipi, Yenni masih berusaha tegar walau kepasrahan yang berkuasa atas jiwa sanubarinya. Yenni tetap berupaya untuk tetap tampak tegar walau kepasrahan total atas kehendak Tuhan, itu yang mendominasi. Di sikap ini salut buat Yenni.
Tak dapat dipungkiri, sisi lemah kemanusiaannya kerap kali muncul meski dia telah berusaha tegar. Oleh karena itu ketika diminta oleh awak media ini, dalam pernyataannya ia sangat memohon topangan doa, dukungan moril dan materil dari semua pihak yang sudi berkenan agar ia kuat, dan kiranya Tuhan kabulkan doa-doa tulus yang mendoakan kesembuhannya.
“Lewat media Bapak ini saya memohon topangan doa, dukungan moril dan materil. Tolong doakan saya, Bapak-Ibu, Saudara-saudaraku semua. Tolong dukung dan bantu kami.” Pintanya berurai air mata.
“Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah sudi bermurah hati mendoakan dan mambantu kami baik secara moril maupun materil. Kiranya Tuhan membalaskan semua kebaikan mereka dengan berkat yang melimpah.” Lanjut Yenni yang didampingi ibu dan saudara laki-lakinya.
Amatan awak media ini, memang dengan KIS yang sudah dapat berfungsi, biaya perobatan ditanggung negara, tapi mereka juga sangat butuh biaya pendukung/dampingan bagi keluarga yang tetap mendampingi Yenni selama berobat di Medan. Biaya transportasi, makan, asupan gizi, protein, vitamin untuk daya tahan tubuh terkhusus bagi Yenni, dan sebagainya. Untuk kota Medan, untuk hal-hal di atas butuh dana yang tidak sedikit, karena di Medan pun mereka tinggal di rumah keluarga yang bermurah hati kepada mereka.
“Kami sangat memohon topangan doa dan membutuhkan pertolongan Bapak Ibu sekalian.” Pinta Saima Sirait, ibu Yenni.
Sementara itu, Corry Sitanggang, salah seorang kerabat keluarga yang berdomisili di Medan, yang selalu mendampingi dan membantu Yenni dan keluarga atas apa yang perlu dibantu setiap berada di rumah sakit, kepada awak media ini menjelaskan bahwa beberapa langkah dan tindakan medis sudah dilakukan. Apa sakitnya pun sudah diketahui diagnosanya. Tindakan-tindakan medis lain seperti scanning, periksa paru, USG masih akan dilakukan, bahkan kemungkinan besar operasi (bedah-Red) akan dilakukan terhadap Yenni.
Lebih jauh Corry menjelaskan, “Ya, Pak. Benar. Memang biaya medis ditanggung Pemerintah, tapi biaya-biaya lain, katakanlah biaya pendamping atau pendukung, orang kakak ini sangat butuh dibantu. Selain topangan doa, dukungan moril, juga bantuan materi. Kasihan lho, Pak lihat orang Kakak ini. Mereka keluarga tak mampu dan miskin.” Tutur Corry.
Untuk bantuan dana dapat disalurkan melalui rekening BRI: 530501019771538 & BNI: 1148021209 atas nama Corry Ningsih Sitanggang, atau dapat menghubungi nomor WhatsApp 0853-7344-7766.
(MN/ed. MN-Red)
Discussion about this post