[dropcap]P[/dropcap]erayaan upacara pengibaran bendera merah putih untuk merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) kemerdekaan Republik Indonesia ke-71 yang dilaksanakan di Kota Pematangsiantar tepatnya di Lapangan H Adam Malik, Rabu (17/8) mendapat perhatian serius dari masyarakat. Pasalnya, Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) kota ini sempat mendapat kesulitan saat menarik tali di tiang bendera.
Akibat dari peristiwa itu, Lagu Kebangsaan Indonesia Raya pun dua kali dinyanyikan dan tampak seluruh pasukan pengibar bendera menangis tersedu-sedu secara bersamaan. Beberapa warga dan media mengatakan bahwa hal tersebut merupakan kesalahan, tak sedikit pula yang meledek para petugas Paskibra. Namun, masyarakat yang pernah mengalami peristiwa serupa mengatakan bahwa hal itu belum tentu kesalahan dari Paskibra.
“Bisa jadi insiden itu terjadi akibat kesalahan dari pihak panitia yang tak memperhatikan kesiapan roller tali di tiang bendera,” ujar Ayu, warga Siantar yang pernah menjadi anggota Paskibra.
Lebih lanjut Ayu mengatakan bahwa bendera tidak kunjung naik saat lagu Indonesia Raya dikumandangkan tak sepenuhnya karena kesalahan anggota Paskibra, bisa jadi karena beberapa faktor. Berdasarkan pengalaman panjang kegiatan upacara bendera yang pernah ia lakukan, ada beberapa catatan terkait kesalahan dalam melaksanakan pengibaran bendera saat upacara.
Kesalahan yang paling sering terjadi katanya saat gerakan langkah dan tangan anggota Paskibra salah. Kesalahan seperti itu bisa saja terjadi akibat anggota tidak fokus dan grogi sehingga gerakan kaki dan tangan menjadi salah. “Gerakan normalnya, bila kaki kanan ke depan, tangan kiri harus turut mengayun ke depan dan sebaliknya. Dan apabila tidak seperti itu, anggota Paskibra akan tampak berjalan seperti robot,” lanjutnya.
Kesalahan selanjutnya yang sering terjadi, lanjut Ayu, mengenai insiden bendera terbalik saat dikibarkan. Insiden ini paling sering terjadi. Akibatnya, warna bendera menjadi terbalik seperti bendera kebangsaan Monaco, yakni putih merah. Hal ini terjadi karena adanya kesalahan dalam pelipatan kain bendera.
“Kami pernah mengalami peristiwa memalukan, begitu bendera ditarik hasilnya malah terbalik menjadi bendera mirip Monaco. Ketika diselidiki, ternyata ada kesalahan sewaktu melipat kain bendera. Padahal lipatan seharusnya sama sewaktu menjalani pelatihan, tapi saya tidak tahu persis soal itu akibat kesengajaan panitia yang melipat bendera atau tidak,” tambahnya.
Menanggapi insiden bendera macet saat dikerek, menurut pengalaman gadis yang masih lajang ini akibat kerekan atau roller tali yang ada di puncak tiang bendera macet. Saat pelaksanaan dilakukan bisa jadi tali yang digunakan untuk mengangkat bendera keluar dari jalur kerekan sehingga saat ditarik menjadi berat bahkan macet.
“Hal ini kadang membuat saya maupun petugas pengibar bendera yang lainnya menjadi malu dan sedih. Macetnya bisa di setengah tiang, tiga-perempat, bahkan yang bikin gregetan kalau macetnya saat bendera kurang 20 cm, sehingga tidak sampai penuh di ujung tiang. Mungkin begitu juga yang dirasakan oleh adik-adik penerus kami sebagai pengibar bendera di Siantar pagi tadi,” katanya.
“Saya juga berharap agar masyarakat tak menyalahkan adik-adik yang petugas sebagai pengibar bendera di Siantar. Jangan jadikan ini bahan ledekan buat mereka, karena sangat sedih sekali rasanya saat kami sudah berjuang sepenuh tenaga dan akhirnya gagal karena suatu kesalahan yang tidak kami buat,” tutupnya.
Sekedar informasi, pagi tadi Paskibra Kota Pematangsiantar mendapatkan momen tak mengenakkan yang mengakibatkan bendera tidak kunjung naik saat lagu Indonesia Raya dikumandangkan. Melihat hal ini, para anggota, pelatih dan masyarakat yang melihat acara pengibaran bendera itu menjadi gusar. Hingga lagu kebangsaan Indonesia Raya selesai dinyanyikan, bendera tak kunjung naik ke puncak tiang. Para pelatih langsung menghampiri pengibar bendera dan membantu para petugas Paskibra. (bs/fp)
Discussion about this post