Setelah mengalami kehancuran akibat terjangan tsunami, daerah ini pun selalu diwarnai dengan kisah-kisah mistis yang tak masuk akal sesudah kejadian. Bencana tsunami telah memporak-porandakan sebagian daerah Jepang pada Maret 2011 lalu, tepatnya disekitaran Ishinomaki, Miyagi, Jepang.
Seorang pria berumur sekitar 50-an tahun yang berprofesi sebagai sopir taksi mengisahkan pengalamannya ketika sedang melintasi jalan di salah satu tempat yang menjadi lokasi terparah akibat terpaan bencana tsunami di Jepang.
Dia mengisahkan saat itu sedang melintas lalu kemudian distop oleh penumpang yang dikatakannya mengenakan mantel dan kemudian naik ke taksi yang dikemudikannya di dekat Stasiun yang menjadi lokasi paling banyak memakan korban akibat tsunami, yaitu stasiun Ishinomaki. Perempuan itu lalu memberitahukan kepada si sopir taksi untuk diantarkan ke tujuannnya.
“Pak sopir, tolong antarkan saya sampai Minamiyama.” kata sang sopir menirukan si perempuan itu.
Minamiyama adalah salah satu distrik yang ada di daerah Ishinomaki. Kemudian si sopir yang tak menaruh curiga lantas berkata kepada perempuan itu.
“Maaf nona, tapi daerah itu sangat sepi, apakah nona yakin?” tanya sang sopir yang menaruh rasa cemas akan keselamatan si penumpang yang ia bawa.
Seketika itu juga si perempuan menjawab dengan nada dan suara yang sedikit gemetar. “Saya sendiri tidak tahu apakah saya masih hidup atau sudah meninggal.”
Merasa kaget dengan perkataan tersebut, sang sopir pun lalu melihat kearah belakang tempat biasa penumpang duduk. Dia pun langsung merinding ketika dia lihat tidak ada siapa-siapa yang duduk di bangku penumpang itu.
Kisah ini seperti yang dilansir dari salah satu media cetak The Asahi Shimbun, melalui situs jejaring sosialnya pada Kamis (21/1/2016) yang menyebutkan bahwa kejadian aneh ini telah dituliskan kedalam tesis kelulusan oleh Yuka Kudo (22), seorang mahasiswi tingkat akhir yang sedang menjalankan kuliah di fakultas sosiologi universitas Tohoku Gakuin, Jepang.
Kudo mengatakan ada sebanyak tujuh orang sopir taksi yang telah mengangkut hantu sebagai penumpangnya setelah kejadian tsunami Jepang pada Maret 2011 lalu. Setiap minggu, Kudo selalu pergi ke Ishinomaki hanya untuk mewawancarai semua orang yang berprofesi sebagai sopir taksi. Kegiatan ini sudah dia lakukan dari sejak tahun pertamanya menjalani masa kuliah. Dia mengajukan pertanyaan yang sama kepada setiap sopir taksi apakah mereka memiliki pengalaman yang sama dan tidak seperti biasanya setelah bencana tsunami lalu.
Yuko mengajukan pertanyaan itu terhadap lebih dari 100 sopir. Tak sedikit dari orang yang ditanyanya yang mengabaikan pertanyaan tersebut. Bahkan, dikabarkan ada juga beberapa sopir taksi yang berang atas pertanyaan itu. Tapi sedikitnya ada sebanyak tujuh orang yang menceritakan pengalaman misterius mereka kepada Yuko.
Salah satu dari tujuh sopir taksi yang berusia sekitar 40-an tahun menceritakan pengalamannya yang menurutnya tidak bisa dijelaskan dengan akal sehat. Menurut keterangan si sopir itu, seorang pria yang berusia sekitar 20-an tahun menaiki taksi yang dikemudikannya. Ketika pengemudi itu melihat ke kaca spion yang berada diatas dashboard mobil, penumpangnya pun menunjuk ke arah depan seolah-olah memerintahkan sang sopir untuk segera melaju.
Sepanjang jalan, sang sopir itu pun berulang kali memberikan pertanyaan kepada si penumpangnya itu tentang arah yang ditujunya. Kemudian, secara singkat si penumpang itu menjawab “Hiyoriyama”. Namun, ketika taksi sudah tiba dilokasi, penumpang tersebut pun menghilang. Hiyoriyama adalah nama salahsatu gunung dekat Ishinomaki.
Menurut Kudo, laporan tujuh sopir itu tidak dapat dengan mudah dibaikan sebagai ilusi begitu saja. Pasalnya, jika seorang penumpang naik taksi mereka, sopir mulai memasang argometer, dan hal itu tercatat. Meskipun para penumpang yang diangkut oleh beberapa sopir taksi itu memang benar-benar “hantu”, mereka harus tetap dihitung sebagai penumpang. Akibatnya, para sopir tetap harus tetap menanggung tarif argo mereka. Beberapa dari tujuh sopir itu menuliskan pengalaman mereka di catatannya. Satu orang menunjukkan catatannya, yang menyatakan bahwa ada ongkos yang belum dibayarkan.
Karena yang diduga sebagai “hantu” yang ditemui para sopir itu semuanya berusia muda, mereka diyakini adalah merupakan roh dari korban bencana tahun 2011.
“Anak-anak muda merasa sangat sedih ketika mereka tidak bisa bertemu dengan orang-orang yang mereka cintai ketika menjelang ajalnya. Ketika mereka ingin menyampaikan kepedihan mereka, mereka mungkin memilih taksi, yang seperti kamar pribadi, sebagai media untuk melakukan hal itu,” kata Kudo kepada The Asahi Shimbun.
Hal yang membuat Kudo terkesan adalah, para sopir itu tidak merasa takut terhadap “penumpang hantu” mereka. Para sopir justru memperlakukan mereka dengan hormat. Mereka menganggap pertemuan itu sebagai pengalaman penting yang harus dihargai. Para sopir taksi merasakan kesedihan sehari-hari penduduk di Ishinomaki, tempat banyak orang tewas akibat tsunami. Seorang sopir mengatakan, ia kehilangan seorang anggota keluarga dalam bencana itu.
Seorang sopir lain mengatakan, “Bukan hal aneh melihat hantu di sini. Jika saya bertemu hantu lagi, saya akan menerimanya sebagai penumpang saya.”
Kudo berasal dari Prefektur Akita, yang tidak terkena tsunami. Sebelum mewawancarai para sopir taksi, ia hanya menganggap para korban sebagai “ribuan orang” yang telah meninggal dalam bencana itu.
“Melalui wawancara ini, saya belajar bahwa kematian setiap korban merupakan hal penting,” katanya.
“Saya ingin menyampaikan hal itu (kepada orang lain).” sambungnya lagi