[dropcap]W[/dropcap]ayne Adams (66) dan Catherine King (59) adalah sepasang suami istri yang tidak menjalani hubungan mereka menjadi biasa saja namun menjadikannya sangat luar biasa. Mereka tak pernah berhenti menciptakan inovasi dan menerapkannya di kehidupan mereka. Keduanya selalu menjadikan apa yang mereka fikirkan ke dunia nyata, seperti dengan membuat rumah terapung.
Ide untuk membuat rumah terapung mereka cetuskan pertama kali karena awalnya mereka berfikir bahwa untuk memiliki tempat tinggal di daerahnya sangatlah membutuhkan biaya yang tidak sedikir, selain itu mereka juga tidak mampu untuk membeli rumah mewah maupun apartemen di tempat asalnya. Sejak itulah mereka menyadari bahwa lebih baik mengumpulkan uang dan membuat rumah sendiri dengan bentuk yang unik daripada membeli rumah dengan biaya selangit.
Berangkat dari sekedar hobi mendesain, mereka akhirnya membangun rumah dengan tampilan yang sangat keren yakni rumah terapung. Mereka berharap bahwa nantinya rumah yang mereka ciptakan ini tak hanya dapat dijadikan tempat tinggal yang mereka impikan, namun mampu menginspirasi banyak orang.
Lihat hasil yang mereka ciptakan, inilah rumah terapung paling menakjubkan yang pernah ada di dunia. Rumah ini dinamakan Freedom Cove dan memiliki 12 bagian yang saling terhubung dengan ruangan-ruangan lainnya. Pada bagian rumah terapung itu tak hanya terdiri dari beberapa tempat rehat, namun juga terdiri dari ruang dapur, ruang lokakarya, ruang galeri seni, mercusuar dan lantai dansa luar ruangan yang sungguh menawan.
Dinamakan Freedom Cove, karena memiliki berat sekitar 500 ton dan semuanya mengapung di permukaan air. Rumah ini ditambatkan ke pantai, benar-benar mengapung dan tidak ada satu penahan pun di bagian bawahnya. Lokasi rumah terapung ini juga sangat terpencil dan tidak ada akses jalan menuju ke tempat itu. Satu-satunya cara untuk sampai ke rumah apung itu adalah dengan menggunakan perahu.
Dikutip dari unbelievable-facts, Kamis (1/8), pasangan ini setidaknya membutuhkan waktu sekitar 20 tahun untuk membangun dan menjadikannya rumah apung yang benar-benar sempurna. Selama 20 tahun itu pula, pasangan ini selalu menyisip bangunan dan melakukan apa-apa saja yang perlu di improvisasi.
Pasangan ini mengaku, biaya untuk mengerjakan rumah ini berasal dari hasil karya seni yang mereka jual. Adams selama ini bekerja sebagai ahli ukir kayu dan King adalah seorang penulis, pelukis, penari dan musisi.
Penasaran seperti apa rumah apung itu mulai dari pertamakali dibuat? Yuk simak….
Mereka mulai membangun rumah apung ini sejak tahun 1991 dari bahan kayu pohon yang bertumbang selama badai musim dingin berlangsung. Uniknya, semuanya dibangun hanya dengan bantuan alat sederhana seperti gergaji tangan dan palu. Pembangunan rumah ini juga tanpa menggunakan alat-alat listrik.

Setahun kemudian atau tepatnya pada tahun 1992, mereka selesai membangun sebuah bagian kecil dari rumah.

Mereka membangun rumah ini tanpa bantuan siapapun. Adams tahu persis setiap inci dan sudut dari rumah itu, dan selalu memperkirakan kualitas dari setiap papan dan paku yang digunakan.

Pada tahun 1998, mereka selesai menambahkan bagian jalan setapak yang digunakan untuk dapat menuju ke lantai dansa.

Ini Freedom Cove di foto pertama kali pada 2015. Mereka memanfaatkan cahaya matahari sebagai sumber listrik utama yang disalurkan ke 14 panel surya. Namun, setelah panel-panel surya tersebut mengalami kerusakan mereka kemudian menggunakan genset sebagai sumber listrik.

Freedom Cove terdiri dari empat rumah kaca dan memiliki lahan yang digunakan untuk menanam tanaman yang hasilnya dapat dimakan.

Di rumah ini, mereka benar-benar menjalani hidup dengan cara yang sangat mandiri. Dimulai dari memakan makanan yang mereka tanam dan mengkonsumsi ikan yang mereka peroleh dari danau.

Sebuah perkebunan bunga taman dekat salah satu rumah kaca yang indah.

King selalu menanam banyak jenis tanaman dan memperluas daerah berkebun mereka untuk menciptakan lebih banyak ruang untuk itu.


Selama musim panas mereka mengkonsumsi air dari air terjun di dekatnya dan bila saat musim dingin mereka menggunakan air hujan untuk dikonsumsi.

Selama musim panas, mereka selalu mendapatkan banyak pengunjung yang datang dari Tofino, sebuah distrik di pantai barat Pulau Vancouver, untuk melihat rumah dan mengalami gaya hidupnya.

Satu-satunya cara untuk mencapai tempat ini dengan naik perahu selama 45 menit dari kota terdekat. Keputusan untuk menghabiskan hari tua di rumah apung ini mereka lakukan karena mereka ingin membuktikan kepada orang lain bahwa impian untuk menciptakan sesuatu yang tak lazim memang harus dijadikan kenyataan.

Adams dan King memilih untuk pindah dari kota agar dapat mengetahui apakah mereka bisa berhasil bertahan hidup dan keluar dari zona perkotaan.

Sekarang (24 tahun kemudian), mereka sangat menikmati tinggal di rumah hasil kreatifitas mereka yang menakjubkan itu.
Saksikan juga penampakan rumah itu dalam versi video berikut:
Discussion about this post