beritaseru!
Ibarat pepatah ‘gara-gara nira setitik rusak susu sebelanga’, itulah kata yang tepat untuk menggambarkan situasi dan kondisi di Kota Tanjung Balai yang selama ini dinilai sangat beragam dan menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi antar umat beragama. Pasalnya, akibat ulah seorang wanita keturunan Tionghoa protes terhadap suara azan yang dikumandangkan di masjid, belasan vihara jadi korban kerusuhan amuk massa.
Puncaknya, pada Jumat (29/72016) sekira pukul 20.00 WIB seorang perempuan keturunan Tionghoa yang diketahui bernama Meliana (41) warga Jalan Karya Kelurahan Tanjung Balai Kota I Kecamatan Tanjung Balai Selatan Kota Tanjung sedang belanja kebutuhannya di sebuah warung milik wanita bernama Uwo (45) di daerah tempat tinggalnya. Kemudian wanita itu mengeluh dan melakukan protes terhadap suara azan yang dikumandangkan di masjid daerah itu kepada si pemilik warung tersebut.
“Kak, biasanya suara di masjid kita tak sebesar itu, tolonglah agar volumenya dikecilkan,” keluh Meliana kepada sipemilik warung.
Kemudian Meliana mendatangi rumah Kasidik (78) dan mengatakan hal serupa.
“Pak, kecilkanlah suara mesjid itu,” bentaknya kepada Kasidik.
Mendengar perkataan tersebut, Kasidik langsung memberitahukan kejadian tersebut kepada Jemaah Mesjid Al-Makshum yang berada tepat didepan rumah Meliana.
Tersinggung dengan perkataan Meliana, selanjutnya sekira pukul 20.15 WIB, jemaah Masjid Al-Makshum mendatangi rumah Meliana untuk melakukan mediasi agar dirinya meminta maaf, namun Meliana menolak dan melawan hingga emosi jemaah mesjid tak terbendung lalu melempar rumah Meliana sehingga mengakibatkan kaca depan rumahnya pecah.
Petugas kepolisian yang mendapat informasi tersebut langsung turun ke lokasi dan langsung mengamankan Meliana dari amukan warga ke Polsek Tanjung Balai Selatan guna melakukan mediasi lebih lanjut bersama warga namun tetap berakhir tanpa solusi. Aksi anarki pun tak terelakkan hingga pukul 23.00 WIB massa yang terprovokasi dan tersulut emosi langsung melakukan pembakaran belasan unit vihara.
Berdasarkan keterangan Kepala Lingkungan setempat, Fahrul (46) mengatakan bahwa Meliana sudah 8 tahun berdomisili didaerah itu dan dikenal sebagai sosok yang kurang ramah dan tidak akur terhadap masyarakat sekitar.
Hingga berita ini diturunkan, situasi dan kondisi di Kota Tanjung Balai masih mencekam. Tampak ratusan personil kepolisian masih berjaga guna mengantisipasi hal serupa terulang. (bm)
Discussion about this post