ANAKSIANTAR.NET
Terjadi perdebatan antar sesama pecinta kopi di salah satu kedai kopi sederhana di Siantar. Dalam percakapan itu, mereka asik mempertahankan argumennya masing-masing. Padahal, yang mereka bahas waktu itu tak ada hubungannya samasekali dengan kopi yang mereka minum.
Bermula saat salah seorang pria tua bertanya ke rekan satu mejanya seputar tentang keheranan dan kekagumannya soal mesin pencari yang dimiliki oleh Google, Google Search.
Ada beberapa orang yang terlibat dalam diskusi serius itu, diantaranya yakni Ewin (30), Parno (55), Henrik (45) dan Aan (47). Kira-kira begini isi percakapan mereka:
Parno: Cak ko tengok dulu di Google itu Win, ada gak berita kaki lima KokTong yang dibongkar sama Satpol PP. (Tanya Parno ke Ewin, kebetulan pagi itu (11/5/2016) sekitar pukul 10.00 Wib kaki lima yang ada di kedai kopi KokTong jalan Cipto Pematangsiantar dibongkar oleh Satuan Polisi Pamong Praja lantaran melanggar aturan Perda)
Ewin: Belum ada di Google wak, tengok aja langsung ke TKP, dekat aja pun. Itu kan masih dibongkar, belum ada yang membuat beritanya jadi gak ada di Google.
Parno: Bah, tak mungkin Win. Nanti kau yang tak pande mencarinya. Kemarin kata kawanku semua ada di Google. Dicari semut, keluar semut. Dicari tempat dugem, keluar informasi tempat dugem. Ini kok tak ada? Apa yang salah?
Ewin: Gak ada yang salah wak, beritanya belum dimuat di website makanya tak masuk ke Google.
Parno: Apa pulak, kok malah jadi lari ke website kau? Kan kusuruh cari di Google, bukan website.
Ewin: (Mulai menggerutu) Cari sendirilah wak, nah ni pegang HP ku. (Ewin menyerahkan smartphone berukuran besar dan berlayar sentuh kepada wak Parno, namun ditolak)
Parno: Gak lah, gak pande aku gunakan HP kayak gitu.
Ditengah perdebatan, masuklah Hendrik yang memang sudah sedikit memahami tentang cara kerja mesin pencari Google.
Hendrik: Gini nya itu bang, jangan dewakan kalilah Google itu. Kalo gak ada yang memuat beritanya di website, gak akan ada ditampilkan di Google. (Kata Hendrik ke wak Parno)
Aan: (Sambil ketawa) Jangankan Parno, Porno aja kalo gak lebih dulu dimuat di website gak akan muncul di Google.
Ewin: (Ketawa jahat merasa senang ada yang membelanya)
Parno: Jadi, gak adalah beritanya di Google ya?
Ewin: Belum ada yang menaikkan beritanya di media online wak, jangankan ke website berita, di Facebook pun cuma foto-fotonya aja yang ada nih.
Parno: (Merasa malu trus pamit pulang, parahnya dia lupa bayar kopi)
Begitulah keadaan yang sebenarnya bagaimana sebagian orang menyikapi tentang Google. Ada yang tak tahu tapi sok tahu cuma karena mendengar cerita-cerita dari luar saja, ada juga yang sudah tahu tapi diam tanpa menjelaskan kepada orang yang tidak tahu.
Memang, mesin pencari Google pada dasarnya hanya memuat konten yang sudah terlebih dahulu dimasukkan kedalam media-media online baik itu seperti website, blog, media sosial dan lain-lain. Mesin pencari Google menggunakan algoritma khusus yang mampu merayapi sebuah website melalui ijin dari sang pemilik konten. Hasil dari rayapan mesin terlusur itu akan disaring lagi menjadi beberapa bagian. Bagian ada dua macam, yaitu Relevan dan Tidak Relevan.
Bagian yang Relevan menurut Google adalah artikel yang layak untuk ditampilkan kepada pengguna yang mencari informasi. Sedangkan yang Tidak Relevan adalah artikel yang mengandung kriteria khusus seperti kekerasan, pornografi, perjudian, copy paste dan lain-lain. Pembagian relevansi tersebut dilakukan secara otomatis oleh mesin pencari Google. Konten atau berita yang memiliki minat baca paling banyak dan sesuai dengan usia penggunanya, itulah yang akan ditampilkan pada urutan teratas pada mesin pencari Google (kecuali iklan).
Jadi kesimpulannya adalah Google tidak akan menampilkan informasi yang diinginkan oleh penggunanya apabila belum ada orang yang mengunggah artikel dan konten mengenai hal yang dicari oleh si pengguna.
Jangan didewakan kali Google itu, apalagi menganggapnya sebagai guru, itu salah.
Discussion about this post